Coba simak ini, dan bacalah dengan mengandalkan pikiran yang
terang, bukan ketakutan yang tidak beralasan, kita percaya pada Allah SWT,
percaya pada setiap orang akan menemui kematiannya dan percaya akan hari
kiamat…
“Mereka berkata; “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya-juj dan Ma-juj itu
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan
sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka
?”
QS. Al-Anbiya: 96
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya-juj dan Ma-juj, dan mereka turun dengan
cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang
benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang
kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami adalah dalam
kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim.” Ya-juj dan
Ma-juj dalam Hadits.
Dari Zainab Binti Jahsh -isteri Nabi SAW, berkata;
“Nabi SAW bangun dari tidurnya dengan wajah memerah, kemudian bersabda; “Tiada
Tuhan selain Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah dekat pada
hari kiamat, (yaitu) Telah dibukanya penutup Ya-juj dan Ma-juj seperti ini !”
beliau melingkarkan jari tangannya. (Dalam riwayat lain tangannya membentuk
isyarat 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan
dihancurkan walaupun ada orang-orang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika
banyak kejelekan.”
(HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim)
Jenis dan Asal Usul Ya-juj dan Ma-juj dalam QS. Al-Kahfi : 94
Ya-juj dan Ma-juj menurut ahli lughah ada yang menyebut isim musytaq (memiliki
akar kata dari bhs. Arab) berasal dari AJAJA AN-NAR artinya jilatan api. Atau
dari AL-AJJAH (bercampur/sangat panas), al-Ajju (cepat bermusuhan), Al-Ijajah
(air yang memancar keras) dengan wazan MAF’UL dan YAF’UL / FA’UL. Menurut Abu
Hatim, Ma-juj berasal dari MAJA yaitu kekacauan. Ma-juj berasal dari Mu-juj
yaitu Malaja. Namun, menurut pendapat yang shahih, Ya-juj dan Ma-juj bukan isim
musytaq tapi merupakan isim ‘Ajam dan Laqab (julukan). Para ulama sepakat,
bahwa Ya-juj dan Ma-juj termasuk spesies manusia. Mereka berbeda dalam
menentukan siapa nenek moyangnya. Ada yang menyebutkan dari sulbi Adam AS dan
Hawa atau dari Adam AS saja. Ada pula yang menyebut dari sulbi Nabi Nuh AS dari
keturunan Syis/At-Turk menurut hadits Ibnu Katsir. Sebagaimana dijelaskan dalam
tarikh, Nabi Nuh AS mempunyai tiga anak, Sam, Ham, Syis/At-Turk. Ada lagi yang
menyebut keturunan dari Yafuts Bin Nuh. Menurut Al-Maraghi, Ya-juj dan Ma-juj
berasal dari satu ayah yaitu Turk, Ya-juj adalah At-Tatar (Tartar) dan Ma-juj
adalah Al-Maghul (Mongol), namun keterangan ini tidak kuat. Mereka tinggal di
Asia bagian Timur dan menguasai dari Tibet, China sampai Turkistan Barat dan
Tamujin.
Mereka dikenal sebagai Jengis Khan (berarti Raja Dunia) pada abad ke-7 H di
Asia Tengah dan menaklukan Cina Timur. Ditaklukan oleh Quthbuddin Bin Armilan
dari Raja Khuwarizmi yang diteruskan oleh anaknya Aqthay. “Batu” anak
saudaranya menukar dengan negara Rusia tahun 723 H dan menghancurkan Babilon
dan Hongaria. Kemudian digantikan Jaluk dan dijajah Romawi dengan menggantikan
anak saudaranya Manju, diganti saudaranya Kilay yang menaklukan Cina.
Saudaranya Hulako menundukan negara Islam dan menjatuhkan Bagdad pada masa
daulah Abasia ketika dipimpin Khalifah Al-Mu’tashim Billah pertengahan abad
ke-7 H / 656 H.
Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang banyak keturunannya.Menurut mitos, mereka
tidak mati sebelum melihat seribu anak lelakinya membawa senjata. Mereka taat
pada peraturan masyarakat, adab dan pemimpinnya. Ada yang menyebut mereka berperawakan
sangat tinggi sampai beberapa meter dan ada yang sangat pendek sampai beberapa
centimeter. Konon, telinga mereka panjang, tapi ini tidak berdasar.
Pada QS. Al-Kahfi:94, Ya-juj dan Ma-juj adalah kaum yang kasar dan biadab. Jika
mereka melewati perkampungan, membabad semua yang menghalangi dan merusak atau
bila perlu membunuh penduduk. Karenanya, ketika Dzulkarnain datang, mereka
minta dibuatkan benteng agar mereka tidak dapat menembus dan mengusik
ketenangan penduduk.
Siapakah Dzulkarnain ? Menurut versi Barat, Dzulkarnain adalah Iskandar Bin
Philips Al-Maqduny Al-Yunany (orang Mecedonia, Yunani). Ia berkuasa selama 330
tahun. Membangun Iskandariah dan murid Aristoteles. Memerangi Persia dan
menikahi puterinya. Mengadakan ekspansi ke India dan menaklukan Mesir. Menurut
Asy-Syaukany, pendapat di atas sulit diterima, karena hal ini mengisyaratkan ia
seorang kafir dan filosof. Sedangkan al-Quran menyebutkan; “Kami (Allah)
mengokohkannya di bumi dan Kami memberikan kepadanya sebab segala sesuatu.” Menurut
sejarawan muslim Dzulkarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar
Bin Ifraiqisy dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M.).
Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzulkarnain (Pemilik dua tanduk),
karena kekuasaannya yang sangat luas, mulai ujung tanduk matahari di Barat
sampai Timur. Menurut Ibnu Abbas, ia adalah seorang raja yang shalih.
Ia seorang pengembara dan ketika sampai di antara dua gunung antara Armenia dan
Azzarbaijan. Atas permintaan penduduk, Dzulkarnain membangun benteng. Para
arkeolog menemukan benteng tersebut pada awal abad ke-15 M, di belakang Jeihun
dalam ekspedisi Balkh dan disebut sebagai “Babul Hadid” (Pintu Besi) di dekat
Tarmidz. Timurleng pernah melewatinya, juga Syah Rukh dan ilmuwan German Slade
Verger. Arkeolog Spanyol Klapigeo pada tahun 1403 H. Pernah diutus oleh Raja
Qisythalah di Andalus ke sana dan bertamu pada Timurleng. “Babul Hadid” adalah
jalan penghubung antara Samarqindi dan India.
BENARKAH TEMBOK CINA ADALAH TEMBOK ZULKARNAIN ?
Banyak orang menyangka itulah tembok yang dibuat oleh Zulkarnain dalam surat Al
Kahfi. Dan yang disebut Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa Mongol dari Utara yang
merusak dan menghancurkan negeri-negeri yang mereka taklukkan. Mari kita
cermati kelanjutan surat Al Kahfi ayat 95-98 tentang itu. Zulkarnain memenuhi
permintaan penduduk setempat untuk membuatkan tembok pembatas. Dia meminta
bijih besi dicurahkan ke lembah antara dua bukit. Lalu minta api dinyalakan
sampai besi mencair. Maka jadilah tembok logam yang licin tidak bisa dipanjat.
Ada tiga hal yang berbeda antara Tembok Cina dan Tembok Zulkarnain. Pertama,
tembok Cina terbuat dari batu-batu besar yang disusun, bukan dari besi. Kedua,
tembok itu dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh raja-raja Dinasti Han,
Ming, dst. Sambung-menyambung. Ketiga, dalam Al Kahfi ayat 86, ketika bertemu
dengan suatu kaum di Barat, Allah berfirman,
“Wahai Zulkarnain, terserah padamu apakah akan engkau siksa kaum itu atau
engkau berikan kebaikan pada mereka.” Artinya, Zulkarnain mendapat wahyu
langsung dari Tuhan, sedangkan raja-raja Cina itu tidak. Maka jelaslah bahwa
tembok Cina bukan yang dimaksud dalam surat Al Kahfi. Jadi di manakan tembok
Zulkarnain?
BEBERAPA PENELITIAN TEMBOK YA’JUJ
Abdullah Yusuf Ali dalam tafsir The Holy Qur’an menulis bahwa di distrik
Hissar, Uzbekistan, 240 km di sebelah tenggara Bukhara, ada celah sempit di
antara gunung-gunung batu. Letaknya di jalur utama antara Turkestan ke India
dengan ordinat 38oN dan 67oE. Tempat itu kini bernama buzghol-khana dalam bahasa
Turki, tetapi dulu nama Arabnya adalah bab al hadid. Orang Persia menyebutnya
dar-i-ahani. Orang Cina menamakannya tie-men-kuan. Semuanya bermakna pintu
gerbang besi.
Hiouen Tsiang, seorang pengembara Cina pernah melewati pintu berlapis besi itu
dalam perjalanannya ke India di abad ke-7. Tidak jauh dari sana ada danau yang
dinamakan Iskandar Kul. Di tahun 842 Khalifah Bani Abbasiyah, al-Watsiq,
mengutus sebuah tim ekspedisi ke gerbang besi tadi. Mereka masih mendapati
gerbang di antara gunung selebar 137 m dengan kolom besar di kiri kanan terbuat
dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun
pintu raksasa. Persis seperti bunyi surat Al Kahfi. Pada Perang Dunia II, konon
Winston Churchill, pemimpin Inggris, mengenali gerbang besi itu.
Apa pun tentang keberadaan dinding penutup tersebut, ia memang terbukti ada
sampai sekarang di Azerbaijan dan Armenia. Tepatnya ada di perunungan yang
sangat tinggi dan sangat keras. Ia berdiri tegak seolah-olah diapit oleh dua
buah tembok yang sangat tinggi. Tempat itu tercantum pada peta-peta Islam
mahupun Rusia, terletak di republik Georgia.
Al-Syarif al-Idrisi menegaskan hal itu melalui riwayat penelitian yang
dilakukan Sallam, staf peneliti pada masa Khalifah al-Watsiq Billah (Abbasiah).
Konon, Al-Watsiq pernah bermimpi tembok penghalang yang dibangun Iskandar Dzul
Qarnain untuk memenjarakan Ya’juj-Ma’juj terbuka.
Mimpi itu mendorong Khalifah untuk mengetahui perihal tembok itu saat itu, juga
lokasi pastinya. Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu
tentang tembok itu. Saat itu sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut
memakan biaya besar. Tersebut dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya
al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Rombongan Sallam berangkat ke Armenia. Di situ ia menemui Ishaq bin Ismail,
penguasa Armenia. Dari Armenia ia berangkat lagi ke arah utara ke daerah-daerah
Rusia. Ia membawa surat dari Ishaq ke penguasa Sarir, lalu ke Raja Lan, lalu ke
penguasa Faylan (nama-nama daerah ini tidak dikenal sekarang). Penguasa Faylan
mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Sallam sampai ke pegunungan
Ya’juj-Ma’juj. 27 hari Sallam mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia
kemudian tiba di sebuah daerah luas bertanah hitam berbau tidak enak. Selama 10
hari, Sallam melewati daerah yang menyesakkan itu. Ia kemudian tiba di wilayah
berantakan, tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Sallam bahwa
daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya’juj-Ma’juj tempo dulu. Selama
6 hari, berjalan menuju daerah benteng. Daerah itu berpenghuni dan berada di
balik gunung tempat Ya’juj-Ma’juj berada. Sallam kemudian pergi menuju
pegunungan Ya’juj-Ma’juj. Di situ ia melihat pegunungan yang terpisah lembah.
Luas lemba
0 komentar:
Posting Komentar